PENGERTIAN ITSM
Pengertian ITSM adalah konsep manajemen dalam memberikan layanan teknologi
informasi secara baik dan berhasil kepada pelanggan, Bisa
juga suatu metode pengelolaan sistem teknologi
informasi (TI) yang secara filosofis terpusat pada perspektif konsumen
layanan TI terhadap bisnis perusahaan. ITSM merupakan kebalikan dari pendekatan
manajemen TI dan interaksi bisnis yang terpusat pada teknologi. Istilah
ITSM tidak berasal dari suatu organisasi, pengarang, atau pemasok tertentu dan
awal penggunaan frasa inipun tidak jelas kapan dimulainya.
ITSM berfokus pada proses dan karenanya terkait
dan memiliki minat yang sama dengan kerangka kerja dan metodologi gerakan
perbaikan proses (seperti TQM, Six Sigma, Business Process
Management, dan CMMI). Disiplin ini tidak memedulikan detail penggunaan
produk suatu pemasok tertentu atau detail teknis suatu sistem yang dikelola,
melainkan berfokus pada upaya penyediaan kerangka kerja untuk menstrukturkan
aktivitas yang terkait dengan TI dan interaksi antara personel teknis TI dengan
pengguna teknologi informasi
Pada awalnya ITIL adalah serangkaian lebih dari 40 buku
pedoman tentang pengelolaan layanan IT yang terdiri dari 26 modul. Perpustakaan
besar pertama ini juga dikenal sebagai ITIL 1.0. Antara 2000 dan 2004
disebabkan oleh peningkatan pelayanan yang berkesinambungan dan adaptasi
terhadap situasi saat ini dalam lingkungan (TI) modern ITIL 1.0 di rilis besar
dan digabungkan menjadi delapan inti manual: ITIL 2.0. Pada awal musim panas
2007 ITIL 3.0 diterbitkan. Ini didirikan struktur yang sama sekali baru.
Ini terdiri dari tiga bidang utama:
*ITIL CorePublikasi
* ITIL Pelengkap Bimbingan
* ITIL Web Support Services
*ITIL CorePublikasi
* ITIL Pelengkap Bimbingan
* ITIL Web Support Services
2).
Pada 30 Juni 2007, OGC (Office of
Government Commerce) menerbitkan versi ketiga ITIL (ITIL v3) yang intinya
terdiri dari lima bagian dan lebih menekankan pada pengelolaan siklus hidup
layanan yang disediakan olehteknologi informasi. Kelima bagian tersebut
adalah:
Service Strategy
Inti dari ITIL Service Lifecycle adalah Service Strategy.
Service Strategy memberikan panduan kepada pengimplementasi
ITSM pada bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan
organisasi (dalam memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan TI), tapi
juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan. Panduan ini disajikan dalam bentuk
prinsip-prinsip dasar dari konsep ITSM, acuan-acuan serta proses-proses inti
yang beroperasi di keseluruhan tahapan ITIL Service Lifecycle.
Topik-topik yang dibahas dalam tahapan lifecycle ini
mencakup pembentukan pasar untuk menjual layanan, tipe-tipe dan karakteristik
penyedia layanan internal maupun eksternal, aset-aset layanan, konsep
portofolio layanan serta strategi implementasi keseluruhan ITIL Service
Lifecycle. Proses-proses yang dicakup dalam Service Strategy, di samping
topik-topik di atas adalah:
· Service
Portfolio Management
· Financial
Management
· Demand
Management
Bagi organisasi TI yang baru akan mengimplementasikan ITIL,
Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk menentukan tujuan/sasaran
serta ekspektasi nilai kinerja dalam mengelola layanan TI serta untuk
mengidentifikasi, memilih serta memprioritaskan berbagai rencana perbaikan
operasional maupun organisasional di dalam organisasi TI.
Bagi organisasi TI yang saat ini telah mengimplementasikan
ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk melakukan review
strategis bagi semua proses dan perangkat (roles, responsibilities, teknologi
pendukung, dll) ITSM di organisasinya, serta untuk meningkatkan kapabilitas
dari semua proses serta perangkat ITSM tersebut.
Service Design
Agar layanan TI dapat memberikan manfaat kepada pihak
bisnis, layanan-layanan TI tersebut harus terlebih dahulu di desain dengan
acuan tujuan bisnis dari pelanggan. Service Design memberikan panduan kepada
organisasi TI untuk dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan
membangun layanan TI maupun implementasi ITSM itu sendiri. Service Design
berisi prinsip-prinsip dan metode-metode desain untuk mengkonversi
tujuan-tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio/koleksi
layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya.
Ruang lingkup Service Design tidak melulu hanya untuk
mendesain layanan TI baru, namun juga proses-proses perubahan maupun
peningkatan kualitas layanan, kontinyuitas layanan maupun kinerja dari layanan.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu:
1. Service Catalog
Management
2. Service Level
Management
3. Supplier Management
4. Capacity Management
5. Availability
Management
6. IT Service Continuity
Management
7. Information Security
Management
Service Transition
Service Transition menyediakan panduan kepada organisasi TI
untuk dapat mengembangkan serta kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan
TI baik yang baru maupun layanan TI yang dirubah spesifikasinya ke dalam
lingkungan operasional. Tahapan lifecycle ini memberikan gambaran bagaimana
sebuah kebutuhan yang didefinisikan dalam Service Strategy kemudian dibentuk
dalam Service Design untuk selanjutnya secara efektif direalisasikan dalam
Service Operation.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
1. Transition Planning
and Support
2. Change Management
3. Service Asset &
Configuration Management
4. Release &
Deployment Management
5. Service Validation
6. Evaluation
7. Knowledge Management
Service Operation
Service Operation merupakan tahapan lifecycle yang mencakup
semua kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan TI. Di dalamnya
terdapat berbagai panduan pada bagaimana mengelola layanan TI secara efisien
dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah diperjanjikan dengan
pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini mencakup bagaiman menjaga kestabilan
operasional layanan TI serta pengelolaan perubahan desain, skala, ruang lingkup
serta target kinerja layanan TI.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
1. Event Management
2. Incident Management
3. Problem Management
4. Request Fulfillment
5. Access Management
Continual Service Improvement
Continual Service Improvement (CSI) memberikan panduan
penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan dari proses desain,
transisi dan pengoperasiannya. CSI mengkombinasikan berbagai prinsip dan metode
dari manajemen kualitas, salah satunya adalah Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau
yang dikenal sebagi Deming Quality Cycle
3.Sebuah perusahaan yang mengimplementasi ITIL secara nyata
tentunya mendapat banyak sekali keuntungan, misalnya, pelayanan IT menjadi
lebih fokus kepada departemen lainnya di dalam satu perusahaan, biaya lebih
efisien dan dapat diatur dengan baik, serta perubahan-perubahan IT yang dapat
lebih mudah untuk diatur, dan masih banyak keuntungan lainnya yang pada
akhirnya akan berdampak pada income perusahaan itu sendiri.
4.framework ITIL dikembangkan sejak 1980-an oleh Office of
Government Commerce (Departemen Perdagangan) Inggris sebagai guidance bagi
organisasi/perusahaan di sana. Pertengahan 1990-an, ITIL diakui dunia menjadi
standar de facto di bidang service management. ITIL menyediakan sekumpulan best
practice yang lengkap dan konsisten untuk ITSM, serta mempromosikan pendekatan
kualitas untuk mencapai efektivitas dan efisiensi organisasi dalam penggunaan
sistem informasi. ITIL mencakup 8 aspek, yakni: dukungan layanan,
delivery, rencana pengembangan, manajemen infrastruktur TI, manajemen
aplikasi, perspektif bisnis, manajemen sekuriti, dan manajemen aset software.
Saat ini ITIL telah memiliki paket materi dan menyediakan kursus pelatihan, ujian dan sertifikasi. Sebagai sebuah framework, ITIL telah memasuki versi terbaru, yaitu ITIL V3 – Service Life Cycle.
Saat ini ITIL telah memiliki paket materi dan menyediakan kursus pelatihan, ujian dan sertifikasi. Sebagai sebuah framework, ITIL telah memasuki versi terbaru, yaitu ITIL V3 – Service Life Cycle.
5.Menurut Santosh Nair, Direktur Birlasoft, sebelumnya
Birlasoft menggunakan beragam perangkat help desk. Hanya saja, perangkat itu
fungsinya terbatas. Semisal, tidak cocok (compliant) dengan proses ITIL; fitur
IT Asset Management tidak tersedia sehingga sulit melacak aset; tidak ada
fitur untuk persetujuan proses; keterbatasan dalam hal Service Level Agreement
ataupun Change Management; tidak ada mesin alur kerja untuk mengotomasi
proses; hingga terbatasnya fungsi pelaporan dan notifikasi e-mail. “Semua
itu menyebabkan banyak kerja manual, informasi pengguna tidak terlacak secara
akurat, kesulitan untuk cocok dengan ITIL dan lisensi software. Akibatnya, ada
ketidakpuasan dari para pelanggan dan staf administrasi TI,” ungkap Nair
STUDI KASUS:
Dalam penerapan ITSM, dapat digunakan standar
yang dapat membantu terarahnya pengukuran kinerja dan penilaian hasil kualitas
layanan TI. ISO/IEC 20000 mmberikan standar untuk manajemen layanan TI yang
dapat menentukan persyaratan minimum yang harus disiapkan oleh organisasi dalam
sebuah proses menyediakan dan mengelolah layanan berkualitas tinggi. Proses
yang ada pada ISO 20000 selaras dan saling melengkapi dengan proses ITIL.
Salah satu aspek yang dinilai
adalah kinerja perusahaan. Perusahaan yang berkinerja baik adalah perusahaan
yang memiliki layanan handal, efisien, dan fokus pada pelanggan. ISO/IEC 20000
berpedoman untuk mencapai tujuan tersebut. ISO/IEC 20000 adalah mekanisme bagi
penyedia layanan untuk memvalidasi kemampuan dalam memberikan layanan TI.
Tujuan 10 ISO/IEC 20000 adalah mengurangi gangguan layanan dan meningkatkan
kepuasan pelanggan melalui penyediaan layanan TI yang lebih baik (Wardani,
2007). ISO/IEC 20000 merupakan standar internasional yang memungkinkan sebuah
organisasi untuk mendemonstrasikan keunggulan dan terbukti dapat menyajikan IT
service management yang terbaik.
Sertifikasi ISO/IEC 20000 sangat penting bagi perusahaan
karena mampu memberikan beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut
(1) Menunjukkan komitmen perusahaan dan meningkatkan daya
saing
Sertifikat ISO/IEC 20000 dapat meningkatkan citra perusahaan akan komitmennya terhadap kualitas layanan TI yang diberikan. Jika standar ISO 9000 menunjukkan komitmen perusahaan akan sistem manajemen mutu yang baik, maka ISO/IEC 20000 merupakan komitmen mutu yang baik dalam penyelenggaraan layanan TI. Pencapaian ini akan meningkatkan daya saing perusahaan di mata pelanggan.
Sertifikat ISO/IEC 20000 dapat meningkatkan citra perusahaan akan komitmennya terhadap kualitas layanan TI yang diberikan. Jika standar ISO 9000 menunjukkan komitmen perusahaan akan sistem manajemen mutu yang baik, maka ISO/IEC 20000 merupakan komitmen mutu yang baik dalam penyelenggaraan layanan TI. Pencapaian ini akan meningkatkan daya saing perusahaan di mata pelanggan.
(2) Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam audit.
Sertifikat ISO/IEC 20000 membuktikan bahwa penyedia layanan TI mampu memberikan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna. Di dalam standar ISO/IEC 20000 terdapat spesifikasi agar layanan yang diberikan memiliki kualitas yang dapat diterima oleh pelanggan. Sertifikat ISO 20000 mampu membuktikan kepada auditor bahwa layanan TI dikelola dengan baik dan kualitasnya dapat diterima oleh pelanggan. ISO 20000 menekankan pendekatan proses pada pengelolaan layanan TI, sehingga hal ini memberikan jaminan bahwa data yang dihasilkan oleh proses yang benar adalah data yang valid dan mereduksi keraguan auditor atas data yang diaudit.
Sertifikat ISO/IEC 20000 membuktikan bahwa penyedia layanan TI mampu memberikan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna. Di dalam standar ISO/IEC 20000 terdapat spesifikasi agar layanan yang diberikan memiliki kualitas yang dapat diterima oleh pelanggan. Sertifikat ISO 20000 mampu membuktikan kepada auditor bahwa layanan TI dikelola dengan baik dan kualitasnya dapat diterima oleh pelanggan. ISO 20000 menekankan pendekatan proses pada pengelolaan layanan TI, sehingga hal ini memberikan jaminan bahwa data yang dihasilkan oleh proses yang benar adalah data yang valid dan mereduksi keraguan auditor atas data yang diaudit.
(3) Memenuhi persyaratan tender.
Standar ini wajib dimiliki oleh peyedia layanan eksternal yang ingin mengikuti tender. Beberapa tender mensyaratkan agar penyedia layanan telah tersertifikasi ISO/IEC 20000.
Standar ini wajib dimiliki oleh peyedia layanan eksternal yang ingin mengikuti tender. Beberapa tender mensyaratkan agar penyedia layanan telah tersertifikasi ISO/IEC 20000.
(4) Memberikan kerangka kerja peningkatan layanan TI,
mengurangi risiko dan biaya layanan TI.
Dengan mempraktikkan manajemen sistem layanan yang baik seperti yang ditetapkan dalam ISO/IEC 20000, diharapkan perusahaan dapat melakukan peningkatan dalam kualitas layanannya, melakukan penghematan biaya dan meningkatkan efisiensi, menghasilkan pengurangan resiko yang mungkin ditimbulkan oleh layanan TI dan mendorong perbaikan layanan TI secara terusmenerus.
Dengan mempraktikkan manajemen sistem layanan yang baik seperti yang ditetapkan dalam ISO/IEC 20000, diharapkan perusahaan dapat melakukan peningkatan dalam kualitas layanannya, melakukan penghematan biaya dan meningkatkan efisiensi, menghasilkan pengurangan resiko yang mungkin ditimbulkan oleh layanan TI dan mendorong perbaikan layanan TI secara terusmenerus.
Contoh Studi Kasus PT. Astra Graphia Information Technology
(AGIT) adalah contoh studi kasus perusahaan yang menerapkan sertifikasi ISO/IEC
20000
Profil singkat AGIT
1 Company Name : PT. Astra Graphia Information
Technology
2 Country : Indonesia
3 Certified Under : The APM Group
4 Version of ISO/IEC 20000 : 2011
5 Certification Status : Issued
6 Certification Start Date: 03 Sep 2013
7 Certification Expiry Date : 02 Sep 2016
8 RCB Certified by : British Standards Institution
9 The Scope of the certification is : IT SMS that
supports the provision of IT Services (Colocation, Helpdesk and CCTV) to AGIT's
internal and external customers, including the IT Infrastructure operational
support from its sites in Jakarta (Sudirman, Kramat and TB Simatupang)
10 The Location covered by the certification is : ANZ Tower,
22nd floor, JL. Jenderal Sudirman Kav. 33A Jakarta 10220 Indonesia
Sejarah singkat AGIT
1 1971 : Mulai beroperasi pada tahun 1971 sebagai divisi
Xerox di PT. Astra International.
2 1976 : PT. Astra Graphia berdiri sebagai badan hukum
(perseroan).
3 1983 : Memasuki bisnis TI dengan ditunjuknya sebagai
distributor eksklusif Digital Equipment Corporation. USA.
4 1989 : Menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan
sahamnya di BEJ dan BES.
5 2004 : Membentuk kemitraan strategis dengan SCS atas unit
bisnis IT Solution menjadi PT. SAT (49% saham dimiliki Astragraphia).
6 2008 : Melakukan akuisisi 50.99% saham PT SAT dari SCS,
kepemilikan saham Astragraphia menjadi 99.99%.
7 2010 : Unit bisnis Solusi Dokumen (AGDS) mencapai
pendapatan bersih Rp 1 Triliun pertama.
8 2011 : AGIT JV dengan Monitise Asia Pacific Ltd, HongKong,
membentuk PT. AGIT Monitise Indonesia
Sertifikasi AGIT
Pada tahun 2013, Manajemen
Pengendalian Mutu dan Keselamatan Kerja AGIT telah menunjukkan komitmennya
dalam melakukan perbaikan secara berkala yaitu dengan melakukan uji sertifikasi
menggunakan standar ISO 9001 dan OHSAS 18001. Selain itu, pada tahun 2013 AGIT
berhasil lulus dalam sertifikasi ISO/IEC 20000-1, yaitu Service Management.
Sertifikasi ini semakin melengkapi kompetensi AGIT untuk menjaga kualitas mutu
dan layanan, setelah sebelumnya juga telah lulus uji sertifikasi ISO/IEC 27001
yang menunjang prosedur keamanan infrastruktur teknologi informasi di Data
Center. Sementara itu untuk segmen usaha teknologi informasi dan komunikasi,
AGIT menggunakan Customer Satisfaction Index (CS Index) untuk mengukur kepuasan
pelanggan. Pada akhir tahun, AGIT mencapai CS Index 3,96 dari skala 19 5.
Hal ini membuktikan bahwa CSC AGIT memberikan kualitas layanan yang sesuai dengan sertifikasi ISO 20000:1 untuk layanan pelanggan, layanan hosting dan layanan CCTV. Selain itu, CSC AGIT melakukan implementasi aplikasi Services Desk yaitu alat untuk pencatatan semua keluhan pelanggan sehingga tim Helpdesk dapat memantau tahap penanganan pengaduan yang diterima. Berdasarkan annual report 2013, AGIT telah memenuhi syarat dan telah membuktikan bahwa AGIT mampu berkompetensi di bidang ITSM secara global atau internasional, sedangkan melalui analisa R.Purwedi Darminto yang menjabat sebagai Section Head of Oracle Development, Oracle Partners Ecosystem and Project Delivery at Astragraphia Information Technology, AGIT telah mengalami banyak kemajuan semenjak memegang ISO/ICE 20000-1 dan ISO 27001, dan pada gambar 6 di bawah merupakan hasil analisis yang dipaparkan oleh beliau atas sertifikasi ISO/IEC yang diperoleh oleh AGIT.
Hal ini membuktikan bahwa CSC AGIT memberikan kualitas layanan yang sesuai dengan sertifikasi ISO 20000:1 untuk layanan pelanggan, layanan hosting dan layanan CCTV. Selain itu, CSC AGIT melakukan implementasi aplikasi Services Desk yaitu alat untuk pencatatan semua keluhan pelanggan sehingga tim Helpdesk dapat memantau tahap penanganan pengaduan yang diterima. Berdasarkan annual report 2013, AGIT telah memenuhi syarat dan telah membuktikan bahwa AGIT mampu berkompetensi di bidang ITSM secara global atau internasional, sedangkan melalui analisa R.Purwedi Darminto yang menjabat sebagai Section Head of Oracle Development, Oracle Partners Ecosystem and Project Delivery at Astragraphia Information Technology, AGIT telah mengalami banyak kemajuan semenjak memegang ISO/ICE 20000-1 dan ISO 27001, dan pada gambar 6 di bawah merupakan hasil analisis yang dipaparkan oleh beliau atas sertifikasi ISO/IEC yang diperoleh oleh AGIT.